sumber ilustrasi: lauvdahl
Masih ingatkah kau saat pertama kali menghirup udara beroksidasi?
Saat pertama kali kau menyadari tuhan tak bersemayam diantara celoteh moron bersorban?
Ini adalah retrospektif yang membuatmu jauh dari almanak
Hingga oplosan intisari dan ayat kursi yang habis kau lumat diujung penat, menyadarkan usiamu yang sudah seperempat abad
Satu yang ku harap serupa pelita dalam gulita
Dikala omong kosong hidup datang menggurita
Fajar memaksa peluh menunda murka
Resonansi yang sama memuakkan dengan membuat pilihan tak diberi tuhan tuk bebas dari setan
Halilintar, pelangi dan embun pagi yang berjanji menyayat nadi sore ini
Beraliansi dengan api kalam yang kan bertarung sampai seribu tahun pasca ku harakiri
Bernazar pada hujan, kumpulan terbuang yang berhutang jalan pedang pada hidup yang tak bertuan
Serupa palagan yang dilupakan zaman
macam luka tikam Sawin di depan markas Kodam
Hari-hari tak lagi sama sejak dalil lama Darwin dan kedatangan para baron
Mengajakku selami lulabi serupa prolog hikayat para nabi yang sekedar konon
Sesaki mimpi melampaui imajinasi kepemilikan para baron
Hingga dihadapan tenggat yang merambat semua tak lebih dari sekedar badut oxymoron
Satu yang ku harap serupa pelita dalam gulita
Dikala omong kosong hidup datang menggurita
Adalah perjalanan heroik yang mendekati Kuba dan Che Guevara
Beri rentang jeda kepada penghuni selokan kota yang senantiasa merapal murka
Pada penguasa kota yang mempromosikan kebebasan dengan wadal perantara
Sebagai ganti pertaruhan pembangunan para anubis yang merampas semua atas nama hiburan dan pariwisata
Aku tahu, meski aku takkan menang
Terhadap hidup yang memaksaku untuk menjadi bagian darinya
Aku akan senantiasa bergerak meski esok akan terlalu terlambat
di depan tengat yang merambat waktu tak pernah berhenti berdetak
meski jumudmu merapat, meski hasratmu sekarat
Hingga kepalan riwayatmu tamat kembali kepada para jasad
Masih ingatkah kau saat pertama kali menghirup udara beroksidasi?
Saat pertama kali kau menyadari tuhan tak bersemayam diantara celoteh moron bersorban?
Pemerintah emang gamau take it seriously soal covid-19. Singgah ke blogku juga, bro
BalasHapushttps://risgaans.blogspot.com/2020/02/superioritas-yang-tak-perlu.html?m=1
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus