Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Pagi

Semangat menyambut pagi katamu? Ahhh ilusi hiperealiti berkoneksi kabel tv Mengapa merayakan pagi? Untuk setengah terburu-buru menikmati kopimu sembari mengemudi? Atau guna menyadari bahwa puisimu terlalu membosankan tuk hadapi macet dan polusi? Ahhh apapun itu beruntung aku menjadi penganggur Kicau burung menitipkan ucapan selamat pagi itu Melalui indah senyum nan memesona ia menjelma Meski bujuk rayu bernada samar kau ucapkan Aku pasrah kembali terebut Hanya memberi kanvas kosong untukmu melukislah dengan bebas disini, hari ini Warnai kembali hari ini seperti engkau yang sudah-sudah, sayang Tentang alasan yang kerap kudulang agar kita terlambat pulang, Juga deru nafas yang kerap kita samarkan Sungguh aku mencintai pagi bila ia datang bersamamu Dalam dekap pelukmu yang selalu minggu

Membongkar Relasi Kuasa Ilmu Pengetahuan

  Dalam ‘Manusia Satu Dimensi’, Herbert Marcuse memproyeksikan peradaban kapitalisme industri maju sebagai entitas masyarakat yang mengalami abrasi nalar kritis. Hal ini dapat dilihat dari manusianya yang terperangkap dalam fatamorgana kesadaran palsu (false consciousness), dengan memandang status quo dan masalah-masalah yang hadir di sekitar mereka sebagai sesuatu yang alami dan berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan mereka tak menyadari kondisi yang tercipta adalah hasil dari mekanisme kuasa kapitalisme. Terenggutnya nalar kritis dari setiap individu dalam masyarakat erat kaitanya dengan represi yang dilakukan oleh elemen kapitalisme. Tidak seperti di kapitalisme negara yang melanggengkan status quo melalui represi fisik dan pendisiplinan subjek secara paksa, kapitalisme industrial telah menghadirkan beragam ekspresi represif yang tidak dapat dirasakan secara jasmaniah. Elemen-elemen seperti pendidikan, media, gaya hidup, seni, dll menjadi medium sublim yang mempro...